šā𦺠Mekanisme Seleksi Alam Tidak Selalu Berjalan Karena
Evolusi adalah perubahan sifat organisme biologis yang diwariskan dari generasi ke generasi karena seleksi alam, mutasi, aliran gen, dan pergeseran genetik. Juga dikenal sebagai keturunan dengan modifikasi. Seiring waktu, proses evolusi ini mengarah pada pembentukan spesies baru ( spesiasi ), perubahan dalam garis keturunan
Sebagaisuatu proses alamiah, seleksi alam telah dikenal ahli biologi sebelum Darwin, yang mendefinisikannya sebagai "mekanisme yang menjaga agar spesies tidak berubah tanpa menjadi rusak". Darwin adalah orang pertama yang mengemukakan bahwa proses ini memiliki kekuatan evolusi.
Namunmekanisme ini tidak menjadi rusa berevolusi. Seleksi alam kuat, sehat dan tidak cacat serta mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan akan terjamin kelangsungan hidupnya seperti rusa yang kuat. evolusi mengancam fondasi-fondasi mendasaryang telah di bangun oleh masyarakat saat itu karena evolusi berjalan melawan beberapa ajaran yang
Seleksipenstabilan (tidak sama dengan seleksi pemurnian atau negatif) adalah jenis seleksi alam yang mengurangi keberagaman genetik dan menstabilkan suatu perilaku dalam populasi. Seleksi ini diduga merupakan mekanisme seleksi alam yang paling umum karena sebagian besar perilaku tampaknya tidak berubah banyak seiring berjalannya waktu. [3]
Yangmenjadi dasar evolusi organik bukan dari adaptasi lingkungan, melainkan karena seleksi alam dan seksual. Seleksi alam berupa "pertarungan" dalam kehidupan, yang kuat akan terus hidup. Setiap populasi berkecenderungan untuk tumbuh banyak karena proses bereproduksi. Untuk berkembang biak, diperlukan adanya makanan dan ruang yang cukup
Posberikutnya Mekanisme seleksi alam tidak selalu berjalan karena. Tinggalkan Balasan Batalkan balasan. Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai * Komentar. Simpan nama, email, dan situs web saya pada peramban ini untuk komentar saya berikutnya. Cari. Cari.
Seleksialam sebenarnya merupakan proses alamiah yang telah dikenal ahli biologi sebelum Darwin. Para ahli biologi waktu itu mendefinisikan seleksi alam sebagai mekanisme yang menjaga agar spesies tidak berubah tanpa menjadi rusak. Namun, Darwinlah orang pertama yang mengemukakan bahwa seleksi alam mempunyai kekuatan evolusi.
Berdasarkankenyataan-kenyataan di atas dapat disimpulkan bahwa adaptasi terhadap lingkungan merupakan salah satu mekanisme seleksi alam. 3. Perbedaan pandangan mengenai proses evolusi dengan inseminasi buatan maka sperma dari jenis jantan tidak dapat mencapai sel telur karena tidak dapat bergerak sebagai akibai adanya cairan penghambat
Berdasarkankenyataan-kenyataan di atas dapat disimpulkan bahwa adaptasi terhadap lingkungan merupakan salah satu mekanisme seleksi alam. dengan inseminasi buatan maka sperma dari jenis jantan tidak dapat mencapai sel telur karena tidak dapat bergerak sebagai akibai adanya Keturunannya selalu steril karena sesungguh tidak terjadi
RLln6Yu. Dalam suatu kehidupan, mahluk hidup telah mengalami evolusi. Evolusi berkaitan dengan proses dan peristiwa yang terjadi dari waktu ke waktu yang mengilustrasikan perkembangan bertahap dari perubahan dalam komposisi genetik populasi biologis selama beberapa generasi berturut-turut. Populasi berlangsung dalam proses yang membutuhkan waktu lama. Dua mekanisme utama yang mendorong evolusi adalah seleksi alam dan pergeseran genetik. Sehingga di dunia ini, alam juga melakukan seleksi terhadap organisme yang ada di dalamnya. Eleksi itulah yang kita kenal dnegan nama seleksi alam. Organisme yang lolos seleksi alam akan bertahan hidup dan mempertahankan spesiesnya sedangkan yang tidak lolos maka akan punah seperti misalnya dinosaurus, tentu di jaman sekarang sudah tidak ada lagi kehidupan dinosaurus tersebut. Seleksi alam adalah kelangsungan hidup dan reproduksi individu yang berbeda karena perbedaan fenotip. Ini adalah mekanisme utama evolusi, perubahan sifat-sifat yang diwariskan yang menjadi ciri khas suatu populasi dari generasi ke generasi. Charles Darwin mempopulerkan istilah āseleksi alamā, kontras dengan seleksi buatan, yang dalam pandangannya disengaja, sedangkan seleksi alam tidak. Seleksi alam bertindak atas fenotip, karakteristik organisme yang benar-benar berinteraksi dengan lingkungan, tetapi dasar genetik yang diwariskan dari fenotip apa pun yang memberi fenotipe keuntungan reproduksi mungkin menjadi lebih umum dalam suatu populasi. Seiring waktu, proses ini dapat menghasilkan populasi yang berspesialisasi untuk ceruk arti ekologi tertentu evolusi mikro dan pada akhirnya dapat menghasilkan spesiasi munculnya spesies baru, evolusi makro. Dengan kata lain, seleksi alam adalah proses kunci dalam evolusi suatu populasi. Seleksi alam adalah landasan arti biologi modern. Konsep yang diterbitkan oleh Darwin dan Alfred Russel Wallace dalam presentasi makalah pada tahun 1858, diuraikan dalam buku yang berjudul āOn the Origin of Species by Means of Natural Selection, or the Preservation of Favoured Races in the Struggle for Lifeā pada tahun 1859. Dia menggambarkan seleksi alam sebagai analog dengan seleksi buatan, suatu proses di mana hewan dan tanaman yang dianggap diinginkan oleh manusia secara sistematis disukai untuk bisa bereproduksi lebih banyak. Konsep seleksi alam awalnya dikembangkan tanpa adanya teori hereditas yang valid; pada saat tulisan Darwin, sains belum mengembangkan teori genetika modern. Penyatuan evolusi Darwin tradisional dengan penemuan berikutnya dalam genetika klasik membentuk sintesis modern dari pertengahan abad ke-20. Penambahan genetika molekuler telah menyebabkan biologi perkembangan evolusioner, yang menjelaskan evolusi pada tingkat molekuler. Sementara genotipe perlahan dapat berubah oleh penyimpangan genetik acak, seleksi alam tetap menjadi penjelasan utama untuk evolusi adaptif. Pengertian Seleksi Alam Seleksi alam adalah kemampuan alam untuk dapat menyeleksi atau menyaring organisme yang hidup di dalamnya. Sehingga dalam hal ini hanya organisme yang mampu menyesuaikan diri yang dapat bertahan hidup sedangkan orgnisme yang tidak mampu menyesuiakan diri maka akan punah. Seleksi alam juga bisa diartikan sebagai proses dimana populasi organisme mampu beradaptasi dan mengalami evolusi atau berubah. Individu dengan sifat adaptif mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan lebih mungkin mampu bertahan dan berkembang biak. Seleksi alam dapat menyebabkan spesiasi, di mana satu spesies menimbulkan spesies baru dan berbeda. Hal ini merupakan salah satu proses yang mendorong evolusi dan membantu menjelaskan keragaman kehidupan di Bumi. Saat ini, tindakan manusia seperti perburuan dan perusakan habitat merupakan penyebab utama kepunahan. Dewasa ini nampaknya kepunahan terjadi pada tingkat yang jauh lebih cepat daripada yang terjadi di masa lalu. Pengertian Seleksi Alam Menurut Para Ahli Adapun definisi seleksi alam menurut para ahli, antara lain Biology Dictionary Seleksi alam adalah suatu proses di alam di mana organisme yang memiliki karakteristik genotip tertentu yang membuatnya lebih baik disesuaikan dengan lingkungan cenderung untuk bertahan hidup, bereproduksi, meningkat dalam jumlah atau frekuensi, dan karenanya, mampu mentransmisikan dan melestarikan kualitas genotipik esensial mereka untuk generasi selanjutnya. Ciri Seleksi Alam Seperti yang telah dikatakan di atas bahwa seleksi alam merupakan kelangsungan hidup dan reproduksi individu yang berbeda karena perbedaan fenotip. Dalam genetika, fenotip dari suatu organisme adalah gabungan dari karakteristik atau sifat-sifat yang dapat diamati dari organisme tersebut. Istilah ini mencakup morfologi organisme atau bentuk dan struktur fisik, proses perkembangannya, sifat biokimia dan fisiologisnya, perilakunya, dan produk perilaku. Fenotip organisme dihasilkan dari dua faktor dasar ekspresi kode genetik organisme, atau genotipnya, dan pengaruh faktor lingkungan. Kedua faktor dapat berinteraksi, lebih lanjut mempengaruhi fenotipe. Ketika dua atau lebih fenotip yang berbeda jelas ada dalam populasi spesies yang sama, spesies tersebut disebut polimorfik. Macam Seleksi Alam dan Contohnya Berikut ini macam-macam seleksi alam, antara lain Seleksi Alam Stabilisasi Stabilizing Selection Seleksi alam stabilisasi merupakan seleksi alam terhadap sifat yang ekstrem, maka populasi mengalamai seleksi stabil yang menyebabkan penurunan variasi yang berada di sekitar nilai rata-rata. Misalnya, tinggi tanaman mungkin ditindaklanjuti dengan menstabilkan seleksi. Tanaman yang terlalu pendek mungkin tidak dapat bersaing dengan tanaman lain untuk mendapatkan sinar matahari. Namun, tanaman yang sangat tinggi mungkin lebih rentan terhadap kerusakan akibat angin. Gabungan, dua kekuatan seleksi ini memilih untuk mempertahankan tanaman dengan ketinggian sedang. Sedangkan jumlah tanaman dengan tinggi sedang akan meningkat sedangkan jumlah tanaman pendek dan tinggi akan berkurang. Contoh lain misanya ekor panjang dan ekor pendek keduanya tidak menguntungkan bagi tikus karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti halnya daya tarik pada lawan jenis, kemudahan gerak, kerugian karena pemangsa. Seleksi Alam Terarah Directional Selection Seleksi terarah merupakan pergeseran distribusi sifat ekstrem populasi atau nilai rata-rata sifat dalam kurun waktu tertentu. Dalam hal seleksi semacam itu, rata-rata grafik populasi bergeser. Contohnya seleksi alam terarah misalnya bisa kita lihat pada pada rekaman fosil beruang hitam di Eropa yang menunjukkan bahwa ukuran beruang hitam di Eropa mengalami penurunan selama periode interglasial dari zaman es, tapi meningkat selama setiap periode glasial. Seleksi Alam Terganggu Disruptive Selection Seleksi alam disruptif meruakan seleksi alam yang terjadi jika faktor-faktor lingkungan mengambil sejumlah bentuk yang terpisah. Sebagai contoh, spesies tanaman tertentu dengan tinggi yang sangat bervariasi yang diserbuki oleh tiga penyerbuk yang berbeda, satu yang tertarik pada tanaman pendek, yang lain lebih suka tanaman dengan tinggi sedang dan sepertiga yang hanya mengunjungi tanaman tertinggi. Jika penyerbuk yang lebih suka tanaman dengan ketinggian sedang menghilang dari suatu daerah, tanaman dengan ketinggian sedang akan dipilih dan populasinya cenderung ke arah tanaman pendek dan tinggi, tetapi bukan tanaman tinggi sedang. Populasi seperti itu, di mana terdapat berbagai bentuk atau morf yang berbeda dikatakan polimorfik. Faktor Seleksi Alam Seleksi alam terjadi jika empat kondisi terpenuhi, yaitu reproduksi, keturunan, variasi karakteristik fisik dan variasi jumlah keturunan per individu. Secara lebih rinci adalah sebagai berikut Reproduksi Agar seleksi alam dapat bertindak atas populasi tertentu, populasi tersebut harus bereproduksi untuk menciptakan generasi baru. Selama beberapa generasi, individu dengan sifat yang paling cocok untuk lingkungan mereka cenderung untuk mereproduksi lebih banyak daripada yang tidak. Dengan demikian, seleksi alam berfungsi untuk memaksimalkan jumlah individu dengan sifat-sifat yang disukai sementara yang dengan sifat kurang menguntungkan perlahan-lahan mati. Semakin tinggi tingkat reproduksi suatu populasi, semakin tinggi tekanan persaingan pada individu untuk bertahan hidup. Tekanan ini memastikan bahwa hanya anggota yang paling cocok yang bertahan hidup sementara anggota yang lebih lemah binasa. Oleh karena itu, populasi akan segera menjadi penuh dengan anggota yang menunjukkan sifat-sifat yang memberikan kesempatan hidup yang lebih baik bagi spesies tersebut. Hereditas Hereditas bekerja bersama-sama dengan reproduksi karena gen-gen dari orang tua bergabung untuk menciptakan gen keturunan mereka. Orang tua dengan sifat-sifat yang menguntungkan harus meneruskan sifat-sifat itu kepada keturunannya agar seleksi alam dapat bertindak. Jika tidak, gen yang menciptakan sifat menguntungkan akan mati bersama orang tua tanpa disalin ke generasi berikutnya. Spesiasi terjadi ketika anggota suatu spesies secara geografis terisolasi ke dalam lingkungan yang berbeda, memungkinkan untuk garis keturunan yang tidak terkait. Seiring waktu, sifat-sifat pada setiap populasi mulai berbeda agar lebih sesuai dengan mereka untuk lingkungan yang berbeda. Gen menguntungkan untuk satu lingkungan mulai berbeda dari gen untuk lingkungan yang berbeda dan kedua populasi mulai menyimpang. Dengan waktu yang cukup, jumlah perbedaan di antara populasi bisa menjadi begitu besar sehingga mereka tidak bisa kawin lagi. Variasi dalam Karakteristik Seleksi alam hanya dapat terjadi dalam suatu populasi ketika anggota populasi memiliki variasi dalam sifat-sifat individu. Sebagai contoh, sebuah studi seleksi alam pada warna dalam suatu populasi membutuhkan individu yang berbeda untuk memiliki warna yang bervariasi. Tanpa variasi karakteristik, tidak ada sifat bagi alam untuk āmemilihā daripada yang lain. Variasi dalam Kebugaran Dalam biologi, kebugaran memiliki makna yang lebih teknis daripada definisi umumnya. Dalam konteks evolusi, kebugaran adalah kemampuan suatu organisme untuk bertahan hidup dan bereproduksi sebanyak mungkin. Memvariasikan tingkat kebugaran anggota populasi merupakan prasyarat untuk terjadinya seleksi alam. Beberapa individu harus memiliki sifat yang memungkinkan mereka untuk bertahan hidup lebih baik dan bereproduksi lebih sering daripada yang lain. Jika tidak, seleksi alam tidak dapat bertindak untuk menghasilkan lebih banyak individu dengan sifat menguntungkan dan lebih sedikit dengan sifat kurang bermanfaat. Dampak Seleksi Alam Dampak yang dapat ditimbulkan karena seleksi alam, antara lain Menyebabkan kepunahan Seleksi alam dapat menyebabkan kepunahan sebab spesies tidak mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar, baik akibat faktor alami maupun akibat ulah manusia seperti kegiatan perburuan dan alasan lainnya. Contoh hewan yang telah punah di Indonesia misalnya Harimau Jawa dan Hariamau Bali. Menghasilkan spesies baru Meskipun seleksi alam menyebabkan suatu spesies tertentu punah, di sisi lain peristiwa ini juga menghasilkan spesies baru, karena mendorong suatu organisme untuk beradaptasi dengan lingkungannya agar bisa bertahan hidup. Contoh spesies hewan baru yang ditemukan di Indonesia misalnya; Katak Megophrys lancip Cicak Cyrtodactylus tanahjampea Burung Myzomela irianawidodoae Nah, itulah tadi penjelasan serta pengulasan yang bisa diberikan kepada segenap pembaca terkait dengan pengertian seleksi alam menurut para ahli, ciri, macam, faktor, dampak, dan contoh-contohnya. Semoga melalui artikel ini memberikan referensi. Trimakasih, Referensi Tulisan Natural selection dari Natural Selection dari
ARTIKEL HUKUM Virus penyebab flu, sudah lama dikenal oleh para kakek-nenek dan buyut kita, namun mengapa kita sebagai generasi penerusnya tidak juga kebal terhadap flu? Masih saja tidak sedikit diantara masyarakat kita yang mencampur-adukkan antara konsepsi āevolusiā terhadap konsep tentang āseleksi alamā, bahkan masih mengartikan āseleksi alamā atau yang berjulukan āthe survival of the fittestā sebagai bermakna āsiapa yang kuat maka dirinya-lah yang akan bertahanāāsuatu salah-kaprah yang fatal, mengingat esensi dibalik teori Charles Darwin perihal āsurvival of fittestā bukan bermakna āsiapa yang kuat maka ia yang bertahanā, namun siapa yang mampu beradaptasi maka ialah yang akan keluar sebagai pihak yang terus eksis melangsungkan hidupnya di muka Bumi ini. Sekalipun benar bahwa Darwin yang menjadi pencetus teori āsurvival of the fittestā, namun demikian adalah ātidak pada tempatnyaā ketika kita kemudian mencampur-adukkan antara makna konsep āevolusiā dan āseleksi alamā. Keduanya saling terkait dalam suatu jalinan relevansi tertentu, namun maknanya tidak dapat saling-dipertukarkan satu sama lain. Timbul pertanyaan penting sekaligus sensitif di tengah-tengah masyarakat kita yang āmelek literasiā namun ternyata tidak berbanding lurus dalam kemampuan bernalar mereka, sebagai contoh atas pertanyaan berikut āApakah evolusi selalu berbanding lurus secara linear dengan upgrade terhadap daya tahan dan kemampuan fisik maupun kapasitas otak umat manusia si homo sapiens?ā Singkat kata dari esensi pertanyaan di atas ialah, apakah evolusi identik dengan peningkatan kapasitas daya tahan dan daya āsurvivalā tubuh kita? Jawaban dalam artikel singkat ini akan mengejutkan para pembaca, karena mengandung analisa yang diluar dugaan orang kebanyakan yang terlampau begitu āpercaya diriā terhadap suatu mekanisme alamiah bernama āevolusiā yang selama ini konotasinya di kepala kita ialah identik dengan āupgrade diriāāsuatu asumsi yang sangat berbahaya dan ākelewat percaya diriā. Banyak yang percaya, serangan wabah seperti pandemik virus menular mematikan seperti Corona Virus Disease 2019 COVID-19 adalah suatu momen dimana umat / ras manusia akan melakukan āupgrade diriā lewat evolusi, dimana āia yang kuat maka ia-lah yang akan bertahanā sehingga seolah generasi penerus kita ialah hasil āseleksi alamā yang lebih kompeten, lebih kuat secara daya tahan fisik, serta lebih berkualitas dari segi bobot imunitas yang oleh para pakar disebut dengan istilah āthe hard immunityāāsuatu spekulasi yang menurut penulis ialah ākelewat spekulatifā serta ākelewat beraniā, yang mana ketika semua spekulasi tersebut ternyata meleset, maka semuanya āsudah sangat terlambatā untuk memutar haluan kebijakan dan pendekatan terhadap sang virus mematikan, dimana nasib umat manusia menjadi ajang āpertaruhanā-nya. Sebelumnya, mari kita perjelas terlebih dahulu perbedaan paling prinsipil yang kontras antara āevolusiā dan āseleksi alamā. Logikanya, yang lolos seleksi alam ialah mereka yang lebih kuat, lebih kompeten, lebih adaptif, dan mereka yang memiliki kelebihan-kelebihan dibanding manusia rata-rataātermasuk mereka yang lebih cerdas dari segi kecerdasan intelektual IQ. Jika memang demikian adanya, mengapa hingga saat kini sekalipun telah demikian tuanya umur sejarah garis keturunan āhomo sapiensā, āhomo erectusā, serta āhomo-homoā lainnya, masih juga kita jumpai manusia-manusia dengan IQ dibawah rata-rata atau yang biasa kita kenal dengan julukan ādown syndromeā? Semestinya, mereka tidak lolos seleksi alam, karena seleksi alam hanya akan mendorong naluri para āgadis purbaā untuk memilih, menyeleksi, menikahi, dan memiliki keturunan dengan āpria purbaā yang kuat serta cerdik. Artinya, terdapat sesuatu yang keliru dalam tataran logika milik orang awam kebanyakan yang selama ini terlampau menyederhanakan kompleksitas teori evolusi lewat ālompatan logikaā yang salah waktu dan salah tempat terhadap konsepsi āseleksi alamā, karena fakta empiriknya manusia masih saja mewarisi berbagai penyakit keturunan yang semestinya terputus lewat proses āseleksi alamā ini. Sadarkah Anda, āseleksi alamā berupa kaum gadis yang pada akhirnya menjatuhkan pilihan pada pria yang āunggulā sesuai konteks zamannya ketika melangsungkan garis keturunan, adalah sebentuk versi lain dari āholocaust / genosida selektifā itu sendiri, karena manusia-manusia yang dikategorikan tidak āunggulā akan tersisih dan hilang dari āperedaranā? Tiada yang idealis-utopis ketika kita membicarkan āseleksi alamā, terlebih perihal āevolusiā sebagaimana akan dikupas secara cukup ākelamā lewat fakta-fakta empirik di bawah ini. Kedua, āseleksi alamā semestinya hanya menyisakan mereka yang mampu mengalami āupgrade diriā, namun fakta realitanya, āevolusiā pada era modern membuat tubuh umat manusia kian mengalami degradasi mengarah pada ādowngrade diriā akibat ketergantungan pada teknologi sederhana, hingga teknologi mesin uap mekanis, maupun hingga ke tahap kecanggihan teknologi kendaraan bermotor dan elektrikal dimana ketergantungan manusia terhadap teknologi membuat terjadinya ādowngrade diriā dari segi kapasitas daya tahan tubuh / fisik. Memangnya, menurut Anda, bagaimana para āpria purbaā melakukan kompetisi antara para pria jantan di masa mereka, dengan memamerkan deretan kendaraan bermotor ākuda besiā mewah mengilap milik mereka? Mereka saling āadu ototā dalam arti harafiah yang sebenarnya, guna memenangkan hati āgadis purbaā idaman merekaāsehingga jangan gunakan logika atau kacamata milik āgadis modern ala mallā pada konteks zaman purbakala. Setidaknya, āgadis purbaā cukup puas diberikan hadiah bunga mawar liar yang dipetik oleh sang āpria purbaā bertubuh macho-jantan. Pada era purbakala atau yang biasa kita sebut sebagai āzaman batuā, manusia āklasikā yang menjadi nenek-moyang kita betul bahwa masih melangsungkan proses āevolusiā berupa penguatan fisik alias āupgrade daya tahan dan kekuatan fisikā, karena konon para āwanita purbaā hanya menyukai dan memfavoritisasi āpria purbaā yang kuat dari segi fisik seperti berbadan besar dan kekar, mampu berburu dan mengejar kijang-rusa, mampu bertarung dengan harimau ganas bertarif panjang, mampu bergulat dengan gajah-marmut, hingga mampu menggotong batu perkamen seperti dalam kisah kartun āAsterix dan Obelixā. Namun, saat era berubah menjadi era dengan kecepatan digital dimana motor penggeraknya ialah listrik-elektrikal dan minyak bumi sebagai bahan bakar mekanistiknya hingga tenaga nuklir sebagai pendorong laju pergerakan mobiliasi manusia, āwanita modernā melakukan āseleksi alamā dengan hanya memilih āpria modernā yang makmur dari segi ekonomiāsekalipun bisa jadi sang pria memiliki tubuh yang lemah, penyakitan, ringkih, dan mudah jatuh sakit. Klise, namun itulah realita masa kiniāselamat datang dalam dunia modern, dan ucapkan selamat tinggal pada ālogika purbaā. Karenanya, mengidentikkan āevolusiā dengan āupgrade diriā, merupakan logika zaman purbakala yang sudah tidak relevan untuk dipakai pada era modern ini alias secara salah waktu āmasih berpola pikir secara terbelakangā. Bahkan, pada era yang kian canggih ini, para gadis-gadis muda lebih menyukai pria-pria yang memiliki wajah-perangai feminim layaknya seorang perempuan yang jauh dari kesan maskulin, memakai anting, wajah yang mulus tiada bekas-bekas luka atau lecet, tangan yang tiada bekas tanda-tanda pertarungan dengan hewan buas, rambut yang tersisir rapih, berbaju mulus tanpa satupun benang yang kusut, memakai pengharum tubuh, bahkan mungkin juga memakai lipstik dan bedak ?, sehingga menjadi kontras dengan versi zaman purbakala, pria yang kian maskulin kian digemari dan menjadi idola / pujaan paling populer para gadis-gadis muda yang serba histeris ketika berjumpa di panggung versi konser purba, tentunya. Tampaknya, dan celakanya, pemerintah serta rakyat kita justru menggunakan logika zaman purbakala tersebut ketika menghadapi serangan wabah seperti pandemik COVID-19, seolah hendak berkata, biarkan saja rakyat kita terpapar COVID-19, agar semua rakyat kita memiliki daya tahan serta imunitas yang lebih āhardāātiada yang lebih celaka daripada spekulatif dengan memakai logika zaman ābatuā ini oleh pemerintahan kita di era modern ini. Apakah menurut Anda, semua lelucon ākonyolā ini tidaklah lucu dipertontonkan oleh pemerintah kita terhadap rakyatnya sendiri? Kembali pada postulat pertama seperti yang sempat penulis singgung di awal, ketergantungan umat manusia di era modern ini terhadap kemudahan hidup yang ditawarkan oleh kecanggihan teknologi, mengakibatkan umat manusia ber-āevolusiā berupa ādowngradeā daya tahan dan kapasitas fisikākarenanya pula, āmutasi-engineeringā dapat direkayasa dengan faktor merancang kebiasaan hidup warga negara suatu negara, semisal memanjakan warganya dengan mobilisasi penduduk tanpa gerak kaki berupa berjalan, sama artinya melemahkan kualitas fisik lahiriah generasi penerus yang akan menjadi penduduknya. Yang selama ini menjadi cara kerja atau mekanisme yang bekerja dibalik āevolusiā, ialah suatu sifat yang bernama āadaptifāāartinya, ketika umat manusia tidak lagi mendapati adanya tuntutan untuk memiliki kepadatan tulang yang padat, tubuh yang kokoh, otot yang sekeras baja, stamina yang super untuk mengejar mangsa buruan, perut yang mampu mencerna makanan tidak higienis, hingga ketajaman mata dalam menargetkan mangsa buruan di hutan, maupun kekuatan fisik menghadapi panas dan dinginnya cuaca tanpa tempat berteduh yang memadai, hingga juga tuntutan untuk menimba air dari sumber air di kejauhan menuju kediamannya yang sering kali dibatasi oleh bukit-bukit dan gunung-gunung, akibatnya āevolusiā membawa umat manusia ke dalam suatu garis yang bernama āpenurunan daya tahan tubuh fisikā sebagai hasil evolusinya. Sebelum nenek-moyang kita mengenal konsep bertani, mereka hidup dari berburu, dan sama sekali tidak memahami tentang ancaman parasit dan cara merebus daging mentah hasil buruan mereka hingga matang, namun nenek-moyang kita mampu bertahan hidup akan tetapi kita saat kini yang telah mengalami āpenurunan daya tahan tubuh fisikā, jangan pernah menirunya. Kabar āburukā untuk sebagian kalangan orangtua yang āover protectiveā, seorang pakar virus virolog di Indonesia mengakui tanpa sedikit pun membantah, bahwa rata-rata korban jiwa COVID-19 ialah mereka yang selama ini merawat dirinya dengan pola gaya hidup serba āhigienisā sehingga daya tahan dan daya tangkal virus dalam tubuhnya tidak terbentuk akibat kurang terpajan virus dan bakteri sepanjang hidupnya hingga usia dewasaāitulah ketika, ajaran tentang pentingnya higienis yang diajarkan kepada kita selama di bangku sekolah menjadi kontraproduktif terhadap tujuan āseleksi alamā dalam kaitannya dengan āevolusi upgradeā. Ironisnya, anak-anak zaman modern lebih kerap bermain di dalam ruang bersih dengan mesin berupa televisi dan konsol video game, bukan bermain-main di kolam berlumpur layaknya kakek-nenek mereka. Betul bahwa nenek-moyang kita juga mengalami serangan wabah mematikan. Namun perlu kita ingat betul dan tidak boleh kita lupakan, nenek-moyang kita masih melangsungkan evolusi berupa āupgrade diriā, dimana bahkan mereka mampu bertahan mengkonsumsi air dan makanan yang tidak higienis tanpa resiko terserang diare akut. Karenanya, bahkan wabah mematikan semacam COVID-19 sekalipun, tidak akan membuat nenek-moyang kita punah karena memiliki bekal berupa modal tubuh fisik yang kuat dan kian menguat antibodinya. Celakanya, COVID-19 melanda umat manusia modern dikala sedang terjadi ādowngrade diriā secara menukik akibat mekanisme āevolusi-adaptifā sesuai gaya hidup semesta-manusia itu sendiri. Bila merujuk pada sejarah, sejarah āevolusi downgrade diriā sejatinya mulai terjadi ketika era āmanusia nomadenā mulai beralih menjadi āmanusia bertaniā yang tinggal menetap. Kemudian mengalami āevolusi downgrade diriā yang lebih dramatis ketika manusia mulai mengenal apa yang kita sebut sebagai ārumah permanenā, dimana mereka terlindungi dari hewan buas liar yang dahulu kala membuat nenek-moyang kita selalu menaruh waspada sehingga panca-indera nenek-moyang kita demikian tajam, peka, senantiasa terasah, serta tangguhāsekalipun nenek-moyang kita mungkin asing ketika diminta ācuci tangan sebelum makanā. Ketika seluruh umat manusia mulai diperkenalkan pada konsep ārumah permanenā, kian runtuhlah daya tahan fisik manusia menuju āevolusi downgrade diriā. Konsep rumah permanen, sudah ada sejak ribuan tahun lampau, yang artinya proses āevolusiā manusia selama ribuan tahun ini pula bergerak dalam bentuk kurva yang bergerak menurun ke bawah setelah sempat menanjak keatas yang pada puncaknya pada era sebelum / pra dikenalnya konsep rumah permanen dari batu dengan plester dari semen. Kemampuan manusia modern untuk berburu, kalah jauh bila dibanding dengan dominasi nenek-moyang kita dalam menaklukkan keganasan alam. Manusia modern, berkat āevolusiā ingat selalu, āevolusiā dapat mengarah pada āupgradeā maupun ādowngradeā, kian ācengengā, lemah, manja, serta ketergantungan pada berbagai hal berupa hal-hal eksternal dirinya seperti kendaraaan bermotor, listrik, dan alat-alat otomatisasi-mekanistik lainnya. Nenek-moyang kita mencukupi kebutuhan gizi dan nutrisinya dengan makanan-makanan yang sangat sederhana proses pengolahannya atau bahkan tanpa pengolahan sama sekali, bahkan tanpa mencucinya terlebih dahulu. Sebaliknya, anak-anak muda zaman modern, akan mengeluh dan menuntut āayam goreng kriuk, jika tidak maka ogah makanā. Namun juga, jangan pernah sebagai āmanusia modernā, makan tanpa terlebih dahulu mencuci tangan, karena daya tahan tubuh kita telah mengalami kondisi ādowngradeā dari sejak era gaya hidup modern kita kenal. Jika nenek-moyang kita masih dapat menyaksikan ulah dan tingkah-polah kita dari atas langit jauh di sana, maka pastilah mereka akan terkekeh-kekeh menertawai kita, generasi penerus mereka yang hidup di era modern digitalisasi ini, sebagai manusia-manusia ācengengā serba ācanggungā yang manja, pengeluh, pemalas, dan āperengekā disamping ālemahā. Ruang-ruang kamar dan dapur manusia modern, penuh sesak oleh berbagai botol-botol berisi berbagai kapsul suplemen makanan, sementara nenek-moyang kita tiada memiliki ketergantungan terhadap kesemua produk-produk penyebab ketergantungan demikian, fisik mereka tangguh, tidak se-āpayahā fisik kita manusia zaman kini. Untuk memudahkan pemahaman agar para pembaca mampu membedakan antara konsepsi āevolusiā dan āseleksi alamā, tepat kiranya penulis mengilustrasikan seekor spesies hewan bernama buaya. Buaya, merupakan salah satu Dinosaurus yang masih tersisa dan masih eksis bertahan hingga masa kini, yang mampu bertahan melewati āseleksi alamā ketika dinosaurus-dinosaurus temannya yang lain gagal untuk bertahan sekalipun lebih kuat dan lebih besar tubuh fisiknya ketimbang sang ādinosaurus buayaā si amfibi yang ākalem-kalem sama buasnya dengan T-rexā ini. Namun, jangan bayangkan nenek-moyang buaya pada era Jurassic dahulu jutaan tahun lampau, ialah seekor ākadalā raksasa dengan panjang hanya satu atau dua meter panjangnya seperti buaya masa kini. Buaya pada era Jurassic, berukuran RAKSASA. Namun, demi melangsungkan strategi bertahan guna menghadapi āseleksi alamā, tuntutan inilah yang kemudian membuat anak-cucu buaya purba menyusutkan bobot tubuhnya menjadi kian mengecil secara gradual hingga akhirnya berevolusi secara berangsur-angsur menjelma menjadi buaya āversi miniā yakni seperti buaya-buaya yang saat kini dapat kita saksikan di kebun binatang. Kian mengecilnya volume tubuh buaya modern, membuat mereka berhasil bertahan dari āseleksi alamā ketika T-rex dan dinosaurus yang lebih kuat dan lebih besar lainnya justru gagal melewati dan gagal lolos dari āseleksi alamā era āICE AGEā. Itulah tepatnya, perbedaan utama antara āseleksi alamā dan āevolusiāākeduanya memiliki relevansi, namun tidak saling berjalan linear. Gilanya āseleksi alamā, ia tidak selalu identik menyeleksi manusia yang lemah, terkadang perlu menjadi ākecilā / mengecil untuk dapat bertahan melewati āseleksi alamā. Ada harga yang harus kita bayarkan dibalik kenyamanan hidup berkat kemajuan teknologi. Semakin tinggi ketergantungan kita selaku bagian dari umat manusia pada kemajuan teknologi yang memanjakan, semakin kita kehilangan sifat karakteristik nenek-moyang kita, berupa kekuatan fisik. Tidak heran, bila orang-orang jenius lebih memilih berjalan kaki untuk bepergian sekalipun mereka memiliki kendaraan pribadiāmungkin akibat insting naluri warisan nenek-moyang yang masih mengendap pada otak para orang-orang jenius membuat mereka merasakan adanya kegentingan untuk terus melangsungkan serta melestarikan daya tahan tubuh yang kuat warisan nenek-moyang mereka. Hal ini bukanlah mitos, namun fakta yang terjadi sebagai ciri khas orang-orang jenius. Orang-orang Jepang, membiasakan diri untuk terus berjalan kaki dalam aktivitas kesehariannya, sejauh apapun lokasi yang mereka tempuh, adalah dalam rangka melangsungkan / melestarikan daya tahan tubuh warisan nenek-moyang mereka kepada generasi penerus. Anda boleh juga percaya ataupun tidak, orang-orang jenius setiap harinya selalu mandi dengan air dingin, sekalipun memiliki alat pemanas air dalam kediamannya. Anda boleh percaya ataupun tidak, orang-orang jenius sangat paranoid, penuh kekhawatiran yang kadang berlebihan sifat kecemasannya, tidak lain akibat residu naluri warisan nenek-moyang yang hidup pada era / zaman rumah non-permanen dimana sewaktu-waktu binatang buas bisa datang mengintai dan mengancam keselamatan keluarganya. Postulat kedua yang dapat kita tarik sebagai kesimpulan, sekaligus sebagai pesan yang henda penulis sampaikan kepada para pembaca yang budiman, ada bahaya dibalik kemajuan teknologi bagi kelangsungan hidup umat manusia. Pada satu sisi, kemajuan teknologi memudahkan hidup umat manusia yang kian cenderung menjadi malas serta lemah namun āserba sibukā jika tidak āsok sibukā, namun pada sisi lain kemajuan teknologi membuat umat manusia menjadi ketergantungan pada faktor-faktor di luar dirinya seperti kendaraan bermotor, mesin-mesin mekanistis-terotomatisasi, dan lain sebagainya. Semakin besar ketergantungan umat manusia pada kemajuan teknologi, maka āevolusi manusiaā yang berlangsung ialah āevolusi downgrade diriāāitulah bayaran mahal yang harus kita bayar sebagai bayarannya, yang sialnya, akan diwarisi oleh generasi penerus kita, bukan oleh diri kita. Pada akhirnya, menurut prediksi penulis, mengingat kecenderungan tren daya tahan fisik manusia yang kian merosot dari kurva kelangsungan hidup sejarah umat manusia sejak zaman prasejarah, pada akhirya daya tahan fisik warisan nenek-moyang kita akan benar-benar punah pada beberapa generasi setelah kita yang hidup di era masa kini, ketika umat manusia benar-benar demikian mengalami ketergantungan terhadap teknologi, dimana kesemuanya menjadi serba terkomputerisasi, dimana gerak fisik menjadi sangat amat minim, sehingga āevolusiā membuat mereka menjadi lemah, tulang seperti ākerupukā, gigi menyerupai spons yang tidak kuat mengunyah tulang kita menyukai makanan semacam kerupuk atau snack, ada kemungkinan nenek-moyang kita memiliki kebiasaan memakan pula tulang-tulang hewan buruan, mata yang besar seperti ikan namun rabun, pertandingan tinju dan sepak bola tiada lagi yang berminat karena tiada pemain yang sanggup berlaga dalam kompetisi, kulit yang setipis kulit bawang bahkan pembuluh darah dan jantung mereka dapat terlihat dari balik kulit, sehingga CT-Scan ataupun photo-rontgent tidak lagi dibutuhkan, sekalipun kapasitas otak mereka bertambah sekian āCCā, dan sekalipun mereka berhasil bertahan melewati āseleksi alamā berkat dibantu teknologi canggih, namun ketika generasi mereka diserang Virus Flu yang bagi kita saat kini tidaklah mematikan, namun akan membuat mereka tidak hanya meriang, namun juga tewas seketika. Itulah cara ketika, umat manusia menemui kepunahannya, warisan kekuatan fisik nenek-moyang mereka, benar-benar telah sirna tak tersisa akibat generasi masa kini tidak melestarikan warisan-warisan ketahanan / daya tahan dari nenek-moyang kita di āzaman batuā, suatu warisan yang jauh lebih berharga ketimbang kemajuan teknologi apapun, karena itulah yang akan dapat membuat kita bertahan dari serangan wabah saudara-saudara COVID-COVID lainnya dikemudian hari. Percaya atau tidak, mari kita buktikan sendiri dan menjadi bagian dari sejarah bagi para generasi penerus kita. Jika memang harapan tentang āhard immunityā akan terjadi sebagai solusinya, maka mengapa Virus HIV maupun Virus penyebab penyakit Demam Berdarah yang telah menghantui umat manusia selama puluhan tahun, tidak kunjung ditemukan vaksin maupun terbentuk antibodi alaminya? Kita perlu selalu mengingat, evolusi dapat membuat manusia menjadi lebih kuat ataupun lebih lemah. Namun, bukan hanya manusia yang berevolusi. Sang virus pun turut berevolusi bersama perjalanan sejarah umat manusia, bahkan evolusinya mudah ber-mutasi jauh lebih cepat dan lebih masif ketimbang manusia, menjadi lebih jinak atau sebaliknya menjadi semakin ganas, semakin patogen, semakin menular, serta semakin mematikan. Mungkinkah ini akhir dari peradaban umat manusia menjelma hegemonitas makhluk yang berukuran tidak lebih besar dari sel kulit kita? Sama seperti ketika kita menemukan fakta bahwa dunia ini ternyata berbentuk bundar, bukan sebaliknya, semua adalah keniscayaan. Ā© Hak Cipta HERY SHIETRA. Budayakan hidup JUJUR dengan menghargai Jirih Payah, Hak Cipta, Hak Moril, dan Hak Ekonomi Hery Shietra selaku Penulis.
PertanyaanMekanisme seleksi alam tidak selalu berjalan karena...seleksi alam merupakan satu-satunya kekuatan yang membawa variabilitas genadaptasi pada organisme menyebabkan adanya evolusimutasi menyebabkan variasi genetik akibat dari faktor lingkunganseleksi alam hanya terjadi pada organisme tertentusetiap mutasi hanya menghasilkan variasi genetik, yang tidak selalu dibebani seleksi alamNSMahasiswa/Alumni Universitas Negeri YogyakartaPembahasanMekanisme seleksi alam tidak selalu berjalan. Hal ini dikarenakan setiap mutasi yang menghasilkan variasi genetik tidak selalu dibebani dengan seleksi alam. Namun, terdapat mutasi yang tidak dibebani seleksi alam. Mutasi demikian dinamakan mutasi netral. Contoh variasi netral adalah aneka ragam protein enzim meskipun tergolong dalam satu fungsi katalitik. Teori evolusi netral pertama kali dikatakan oleh Kimura ahli biologi molekul dari Jepang pada tahun 1976. Evolusi netral banyak terjadi pada level molekuler seleksi alam tidak selalu berjalan. Hal ini dikarenakan setiap mutasi yang menghasilkan variasi genetik tidak selalu dibebani dengan seleksi alam. Namun, terdapat mutasi yang tidak dibebani seleksi alam. Mutasi demikian dinamakan mutasi netral. Contoh variasi netral adalah aneka ragam protein enzim meskipun tergolong dalam satu fungsi katalitik. Teori evolusi netral pertama kali dikatakan oleh Kimura ahli biologi molekul dari Jepang pada tahun 1976. Evolusi netral banyak terjadi pada level molekuler pemahamanmu bersama Master Teacher di sesi Live Teaching, GRATIS!911
mekanisme seleksi alam tidak selalu berjalan karena